Kamu, Imam Impianku

Oleh : Suro Rahmadhona Tumangger

Assalamu’alaikum, kamu!

Hah. Sebenarnya aku bingung harus memulai dari mana. Akan tetapi, kalau tak segera diutarakan, kutakut hal ini semakin mengacaukan pikiran.

Setelah berkali-kali membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ini mungkin bisa mewakilkan perasaanku yang saat ini sedang tidak baik-baik saja. “Maaf”.

Maaf atas kelancanganku. Aku diam-diam menyimpan rasa pada laki-laki yang tulisannya kubaca dua tahun lalu. Lucu, ya? Bagaimana mungkin rasa itu dapat tumbuh subur dalam hatiku padahal kita belum pernah saling bertemu?

Kamu ingat, tidak, dengan postinganmu yang dulu? Saat itu kau begitu gencar menjelaskan bahwa wanita itu haruslah menjadikan rasa malu sebagai mahkota mereka. Seketika aku terpegun, tak mampu berkata-kata.

Ada yang aneh dengan diriku. Ada yang tiba-tiba bergetar di dalam sini. Betapa sering aku mendengar nasihat dari sahabatku, tapi tak satu pun yang mampu menggugah kalbu.

Mengapa berbeda denganmu? Mengapa dalam sekali tembak kata-katamu langsung menghunjam hatiku? Apa ini yang dikatakan oleh orang-orang dengan hidayah itu?

Love in first sight”. Aku adalah satu dari miliaran orang yang tidak percaya dengan istilah itu. Namun setelah mengenalmu, stigma itu langsung lesap dari diriku. Bukan cinta pada pandangan pertama, cinta pada postingan pertama lebih tepatnya.

Sejenak aku terdiam. Apa pantas perempuan yang ilmu agamanya di bawah rata-rata ini mendambakanmu sebagai pasangan sehidup-sesurga? Namun, lagi-lagi tulisanmu di sosial media membuat euforia dalam diriku kembali membara.

“Wanita yang meminang duluan itu tidak murahan. Itu adalah sunah yang telah dicontohkan sendiri oleh Ibunda Khadijah.” Begitu katamu.

Hmmm. Apa menurutmu aku sanggup melakukannya, wahai pemilik hati? Aku tak seberani itu. Mengungkapkan semua ini saja perlu waktuku berminggu-minggu.

(Dari seorang gadis biasa yang telah lancang meminjam namamu dalam doanya)

Pakpak Bharat, 1 Mei 2021